Sebagai seorang mahasiswi, aku selalu berhubungan dengan buku, apalagi ketika tugas menumpuk dan menjelang ujian. Ada yg kubeli sendiri dan ada juga yang dipinjam dari perpustakaantakaan. Untuk buku-buku teks aku selalu meminjam dari perpustakaantakaan karena lengkap. Terkadang aku juga meminjam skripsi tahun-tahun lalu untuk melengkapi referensiku.
Tapi sejak bulan lalu mahasiswa jurusanku dilarang untuk meminjam atau menfotocopy skripsi maupun tesis. Hal itu karena banyaknya skripsi yang marak diplagiat. Aku tentu kurang suka dengan kebijakan tersebut, karena ku paling malas duduk lama-lama diperpustakaan hanya untuk baca buku ato mencatat.
Sebelumnya perkenankan aku memperkenalkan diri dulu. Namaku Nadia Umurku baru menginjak 21 tahun. Aku dikarunia wajah yang cantik. Aku tidak sombong tapi demikianlah pendapat orang-orang terhadapku. tubuhku putih langsing dengan perut rata, rambutku juga hitam panjang seperti layaknya model iklan shampo.
Selain itu aku dikarunia tubuh yang sexy. Dengan kulitku yang putih mulus, ditambah lagi bulatan payudaraku yang cukup besar namun indah bentuknya, dan juga betisku yg bak pualam menjadikanku `incaran` cowo-cowo.
Oke deh, kembali ke cerita.
Hari itu hari jumat, perpustakaantakaan tutup jam 4 sore. Aku sengaja datang tepat jam 4 (jadi sebelum perpustakaan tutup). Kulihat lampu perpustakaan sudah sebagian dimatikan dan monitor komputer juga. Di dalam perpustakaan tinggal 1 orang lagi petugas sedangkan yang lain sudah pulang. Petugas itu Pak Yadi, Usianya sekitar 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. dia sedang membereskan buku-buku yang berserakan dimeja.
“Eh..mau tutup ya,Pak?”Tanyaku mengagetkannya.
Dia menatapku lalu berkata “Ya iya atuh,neng, kan sudah jam empat”.
“Aya naon?”katanya sambil mencuri-curi melihat ketubuhku. Sore itu aku memang memakai kaos oblong ketat dan semi transparan, sehingga lekuk payudaraku tercetak. Aku agak grogi juga dilihatin seperti itu.
“Ngggak, Pak….. mau minta tolong aja. Mo minjam buku. Masih bisa ga?” ujarku.
“Ya udah sok lah..tapi cepat ya. Bapak mau pulang ini!”
“Tapi pak saya mo minjam buku skripsi angkatan 96 judulnya xxx. Bisa ga,pak?tanyaku memelas kepadanya.
“Yah ga bisa atuh neng. Kan ada peraturannya dari ketua jurusan ga bisa minjam skripsi. Ntar kalo ketahuan saya dimarahin atuh”Ujarnya dengan logat sunda yang khas.
“Iya tapi gimana dong Pak. Ada tugas yang mo dikumpulin besok dan bahannya dari sana. Kalo ga ngumpulin nilai tugas saya bisa nol. Bisa ya pak”Rengakku manja sambilo menarik-narik tangannya.
Dia tetap menolak dengan tegas. Akhirnya aku utarakan bahwa ntar aku kasih rokok agar dia mau. Tapi dia menolak. Wah harus cara lain nih. Maka timbul ide gilaku. gimana seandainya kuberikan tubuhku untuk dinikmatinya sehingga aku dapat meminjam buku maha penting itu. Aku yakin dia tidak menolak. Masa sih ada orang yang menolak bercinta dengan gadis muda dan cantik. Dan aku memang sudah lama ingin menggodanya.
“Pak ada ga cara lain agar aliah bisa pinjam skripsi itu?”tanyaku sambil lurus menatap matanya.
“Maksud neng naon?”tanyanya sambil duduk disebuah kursi.
“Bagaimana dengan ini?” tanyaku sambil melepaskan bajuku. Aku nekat melepaskan bajuku dihadapannya. Dia terkejut bukan main. Matanya hampir copot ketika memandang payudaraku yang masih ditutupi bra hitam tersebut.
“Ayolah Pak. Masa tidak bisa”Tanyaku sambil meremas payudaraku.
“Aliah.. ke..a……..” katanya terpatah-patah karena gugup.
Kemudian aku mendekat, kubuka kacamatanya. Wajahku mendekati wajahnya dan berbisik pelan setengah mendesah, “Ayolah Pak, masa bapak tidak mau meminjamkan sebuah buku. Bagaimana kalo saya tukar dengan dada saya ini?”. Tanyaku makin membuatnya gemetaran. Dia mencoba meminum air putih yang ada dimeja didepannya.
Dia makin terperangah apalagi ketika aku mulai mencari kait bra hitamku dipunggung untuk melepaskannya. Kulepas braku sehingga payudaraku seperti mau meloncat keluar, karena tertahan BH yang kekecilan. Matanya melotot mengamat-ngamati payudaraku. Kemudian kugenggam tangannya dan kuarahkan kedadaku. Perlahan-lahan dielusnya dada montokku yang berukuran 34, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus.
“Nnngghhh… Pak” desahku menggodanya. Tangannya yang kasar sangat kontras dengan payudaraku yang halus,namun terasa nikmat.
“Tetekmu bagus juga yah Aliah, indah dan montok,” pujinya.
“Ayo,pak nikmati saja selagi bisa. Asal bapak mau minjamin buku itu, apa aja yang bapak minta akan saya berkan” bisikku lirih ditelinganya.
Mendengar itu dia lalu mendudukanku di meja perpustakaan itu. Posisiku menghadap kearahanya dengan payudaraku tepat didepan wajahnya. Dia lalu mendekatkan mulutnya ke arah payudaraku, sebuah jilatan menyapu putingku disusul dengan gigitan ringan menyebabkan benda itu mengeras dan tubuhku bergetar.
“Nnngghhh…ayo pak nikmatin sepuasmu..oh..oh…”
Puas menjilati dadaku, dia kemudian memelukku, sambil berpelukan mulut kami mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kuremas-remas penisnya dari balik celana hitamnya. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.
Sambil berciuman tanganku mulai melepas kancing-kancing kemejanya. Dadanya yang bidang membuatku makin bernafsu saja. Dia membantuku melepaskan ikat pinggang dan celananya. Segera kumasukkan tanganku kedalam celana dalamnya. Batanganya lumayan besar dan cukup kokoh dengan dihiasi sedikit urat. Kukocok-kocok dan keremas-remas benda itu. Tidak lama kemudian dia melepaskan CD nya sehingga terpampanglah kemalauannnya yang besar dan panjang itu. Penisnya mengingatkanku pada penis satpam rumahku. Besar dan kokoh walau tidak begitu panjang.
Aku sudah tidak sabar untuk mengoralnya. Maka kuturunkan badanku perlahan-lahan hingga berlutut di hadapannya. Penis dalam genggamanku itu kucium dan kujilat disertai sedikit kocokan. Batang hitam itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya setiap kali lidahku menyapunya. Sekarang kubuka mulutku untuk memasukkan penis itu.
Hhmm.. nikmat sekali rasanya batang tuanya. hampir sedikit lagi masuk seluruhnya kemulutku tapi tidak kupaksakan karena sudah mentok di tenggorokanku. Dalam mulutku penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala penisnya. Sesekali aku melirik ke atas melihat ekspresi wajah dia menikmati seponganku. Dia menikmati sekali permainan lidahku , dia terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat penisnya kukulum dan kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar.
Dia lalu mengendongku keatas meja besar di perpustakaan itu. Disingkapkannya rok mini yang kugunakan berikut CD ku. Matanya tidak berkedip menatap tubuh telanjang seorang gadis cantik yang masih sangat muda.
Tiba-tiba dengan bernafsu dia bentangkan lebar-lebar kedua pahaku. Matanya seperti mau copot memandangi kemaluanku yang merah merekah diantara bulu-bulu hitam yang lebat. Sebentar kemudian lidahnya mulai menjilati bibir kemaluanku dengan rakusnya. Lidahnya ditekan masuk ke dalam kemaluanku dengan satu jarinya mempermainkan klitorisku, tangannya yang lain dijulurkan ke atas meremasi payudaraku.
“Uhhh.. .!” aku benar-benar menikmatinya, mataku terpejam sambil menggigit bibir bawah, tubuhku juga menggelinjang oleh sensasi permainan lidah dia. Aku mengerang pelan meremas rambutnya yang tipis, kedua paha mulusku mengapit erat kepalanya seolah tidak menginginkannya lepas. Lidah itu bergerak semakin liar menyapu dinding-dinding kemaluanku, yang paling enak adalah ketika ujung lidahnya beradu dengan klitorisku, duhh.. rasanya geli seperti mau ngompol. Butir-butir keringat mulai keluar seperti embun pada sekujur tubuhku.
Ruangan perpustakaan itu semakin panas saja, dimana pak Yadi sang Penjaga perpustakaan sedang menikmati kemulusan tubuhku.
“Aku sudah tidak tahan lagi. Ayo pak, entot aku”Pintaku sambil menarik kepalanya dari vaginaku.
Kudorong tubuhnya untuk telentang diatas meja perpustakaan itu. Aku ingin aku yang memegang kendali dengan gaya woman on top. Perlahan-lahan kuangkat tubuku dan kududuki perutnya. Kemudian kuangkat pantatku dan mengarahkan vaginaku kepenisnya. Kuturunkan tubuhku perlahan-lahan kearah batangnya yang sudah sangat tegang. Dia memegang penisnya siap menerima jepitan vaginaku.
Penisnya kesulitan menerobih vaginaku yang masih sempit. Kepala penisnya yang besar itu mencoba menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. aku terus berusaha menekankan vaginaku yang memang sudah sangat basah ke dalam miliknya. Sedikit demi sedikit aku merasakan ruang vaginaku terisi Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku.
“Pak…aakkhh!” desahku dengan tubuh menegang. aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik. Sama sepertiku dia juga mendesah menyebut namaku saat penisnya amblas ditelan vaginaku.
“nadiaa……a…….nikmat sekali….” dia mendesah nikmat.
Lambat lain rasa nikmat mulai menjalar tubuhku. secara perlahan-lahan aku lalu menaik-turunkan tubuhku diatas penisnya. Kupacu kejantannya dengan goyanganku. Kadang cepat kadang lambat. Aku meliuk-liuk diatas batangnya yang besar itu. Ntah kenapa aku menjadi gadis yang liar saat iu. Biasanya aku hanya pasrah dan lawan mainku yang banyak `bekerja`, tapi sekarang aku yang aktif memcu kenikmatan diatas penis pak yadi.
Pak Yadi memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, mahaiswi dikapusnya, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan menikmati tubuh seorang gadis muda.
Tubuhku terlonjak-lonjak menahan persetubuhan yang sensasional ini. Badanku tertekuk sehingga membuat payudaraku semakin membusung ke depan. Kesempatan ini dimanfaatkan dia dengan baik. Sambil ikut mengoyangkan pantatnya dia juga meraih kedua payudaraku. Diremas dan dipilinnya benda kenyal itu hingga makin membusung tegak.
“Aaaahhkkkk…!”Aku semakin menjerit keras. remasannya membuatku merinding dan makin terbakar birahi.
Desahan-desahan nikmat menandai keluar masuknya batangnya. Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu
“ahh..ahhh…tersus pak….puaskan aku……ahhh……” jeritku seiring dengan naik-turunnya tubuhku. Sambil terus membantu menyodok-nyodok penisnya, dia juga terus memilin dadaku yang kanan sehingga kenikmatan yang kurasakan semakin bertambah.
Sekitar 15 menit lamanya kami berpacu dalam gaya demikian. Saling berlomba-lomba mencapai puncak. Sodokan-sodokannya makin lama makin cepat dan makin berirama. Tangannya yang tadi lembut mengerayangi dadaku sekarang cenderung kasar. Tapi aku tidak memeprdulikan kekasarnya Yang kurasakan hanya nikmat dan nikmat. Gesekan-gesekan diliang kewanitaanku serta remasan – remasan di dadaku membuat pertahananku sebentar lagi akan jebol.
Pandanganku kabur dan kurasakan lorong vaginaku mulai berkedut keras tanda aku mulai orgasme.
“Aaaahhkkkk…!” jeritku histeris, bersamaan dengan derasnya cairan cintaku mengalir diatas penisnya hingga habis. Aku lalu rubuh ditas tubuhnya yang kurus. Mataku sayu dan tenagaku lemas. Dia masih dibawahku dengan penis yg masih tegang.
Kemudian dia melepaskan penisnya. Aku rebahan diatas meja menatapnya yang sudah siap-siap melanjutkan ronde selanjutnya. Dielus-elusnya pahaku sambil matanya menatap wajahku. Puas merabai pahaku tangannya kini beralih kedadaku.
“kalo dari dulu saya tahu neng mau dientot seperti ini, sudah saya nikmati terus tubuh neng ini”Katanya sambil meremas-remas dadaku
“Berarti bisakan Pak, Nadia minjam skripsi itu” Tanyaku sambil bergetar menahan ransangangnya.
“Oh..bisa…bisa….jangankan 1, 10 skripsi juga bapak kasih. Asal neng mau bapak entot. He..he..”Katamya cengengesan. Kurang ajar pikirku emang aku pelacur murahan yang bisa dibayar, apalagi dibayar dengan buku. Ga sudi lah yauw. Ini juga gara-gara kepepet. Kalo ga gara-gara tugas dikumpul besok, mana mungkin aku mau.
“Neng bapak entot sekarang ya. Udah ga tahan pengen ngeluarin peju bapak di memek neng” katannyasambil merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar.
“Tapi pelan-pelan ya, pak. Aliah masih lemas nih. Tapi kunci dulu pintunya. Ntar ada masuk bisa berabe”Ujarku saat menyadari pintu perpustakaan masih terbuka.
Setelah mengunci pintu itu dari dalam dia lalu mengambil ancang-ancang. Dia berdiri didapanku, Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.
Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika benda panjang itu kembali masuk kerongga kenikmatanku.
“Aaakkhh…!” erangku lirih sambil menggigit bibirku saat penisnya melesak masuk ke dalamku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Dia lalu menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku dengan pelan dan lambat.
Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Pak Yadi makin cepat dan makin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku.
Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringatnya mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing.Kepalaku kugeleng-gelengkan ke kiri dan kekanan. Tangannya meraih kedua payudaraku dan diremas-remasnya dengan brutal. Keringatku bercucuran akibat sensasi nikmat.
Pak yadi menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanannya menyentak ke dalam. Sungguh nimat yang kurasakan. Aku sudah bisa menerima permaianan kasarnya.
“Oooh… Terus Pak , enak banget… Yahhh!” aku tak kuasa untuk tidak mengekspresikan kenikmatan yang kurasakan dengan leguhan dan desahan.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian dia membalik tubuhku. Tubuhku dibalikkan telungkup diatas meja dan kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, sehingga kini pantatku pun menungging ke arahnya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Aku yang masih lemas hanya bisa mngangkat pinggulku sedikit ,sedangkan kepalaku tetap tertunduk dimeja. Sambil meremas pantatku dia mendorongkan penisnya itu ke vaginaku. ia menyetubuhiku dari belakang.
Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan dan bergesekan di meja perpustakaan. Dia menggenjotku semakin cepat, dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruangan ini. Mulutku mengap-mengap dan mataku menatap kosong ketumpukan buku-buku dilemari. Beberapa menit kemudian dia menarik tubuh kami mundur beberapa langkah sehingga payudaraku yang tadinya menempel di meja kini menggantung bebas. Dengan begitu tangannya bisa menggerayangi payudaraku.
Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Bahkan sesekali ditamparnya pantatku,sehingga aku tak kuasa untuk tidak mengerang. 10 menit kemudian dia bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.
“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang nikmat, tubuhku mengejang hebat dan kedua tanganku mencengkram kuat pinggir meja itu.
Ya…aku telah orgasme. Cairan orgasmeku rasanya tertumpah semua membasahi selangkangan dan sebagian meleleh di pahaku. Lemas sekali rasanya, nafasku terputus-putus dengan posisi tubuh bagian rebahan di meja itu.
Namun si penjaga perpustakaan itu masih bersemangat menggenjotku, tenaganya lumayan juga pikirku. Baru sekitar lima menit kemudian ia melenguh mencapai orgasemenya. Ia mencabut penisnya dari vaginaku dan cret…cret, kurasakan cairan hangat tertumpah di pantat dan punggungku.
“Uuuhh…puas Neng…memek Neng emang yahud euy!” ceracaunya sambil mengocok penisnya mengeluarkan sisa spermanya. “Ini Neng…ditelen biar ga mubazir, enak deh!” katanya sambil menyodorkan jarinya yang belepotan sperma.
Aku membuka mulut serta-merta mengulum jarinya dengan gaya yang nakal. Kami berpelukan sejenak sambil sesekali berciuman sebelum akhirnya berpakaian kembali dan pria itu menyerahkan buku yang kubutuhkan padaku.
“Pokoknya Neng, kalau mau pinjem apa aja tinggal bilang ke Bapak, pasti Bapak usahain” katanya mengobral janji.
“Huuu…dikasih daging mentah aja lu baru baik, dasar mental pejabat!” omelku dalam hati.
“Iya, makasih ya Pak, Aliyah pulang dulu yah!” aku pamitan dengan memasang senyum manis padanya.
Itulah sepenggal kisahku dengan pak Yadi penjaga perpustakaanku. Bisa ditebak, sejak saat itu aku ga kesusahan dalam meminjam buku skripsi diperpustakaan. Walau terkadang aku harus melayani nafsuny. Itu tidak masalah buatku karena aku memang suka sex. Malah penjaga perpustakaan lainnya juga ikut menikmati tubuhku. Kami pernah bercinta 3 orang sekaligus dimana aku Pak Yadi dan seorang penjaga perpustakaan yang lainnya. Aku mereguk kenikmatan yang tinggi dengan menjadi bulan-bulanan pelampiasan nafsu keduanya